Home | Looking for something? Sign In | New here? Sign Up | Log out

Selasa, 27 Desember 2011

Selasa, 27 Desember 2011
Jalan Ketiga Pemikiran Islam

Gelombang pemikiran keislaman kontemporer yang membahana dengan kencang di dunia Islam membuktikan bahwa Islam sebagai sebuah diskursus akan mengalami pembaruan yang tak terbendung. Pemikiran keislaman akan selalu mengikuti gerak sejarah. Tuhan memiliki kehendak yang fatalistik namun sejarah merupakan unsur determinan dalam tataran empirik.

Tradisionalisme Islam senantiasa berusaha memaknai Islam dengan mengacu pada tradisi mulai dari zaman nabi hingga sekarang ini. Artinya, pelestarian tradisi yang diletakkan oleh nabi, sahabat sampai dengan para ulama harus menjadi pedoman hukum bagi kelangsungan kehidupan umat Islam. Sampai kadangkala tradisi itu sendiri menjadi lebih penting daripada melakukan penafsiran ulang atas Al-Qur’an.

Selain terpaku pada warisan tradisi yang berorientasi pada masa lalu, mereka juga enggan bahkan alergi terhadap progress of idea terutama bila itu dicurigai berasal dari Barat. Fanatisme berlebihan juga masih memenuhi benak mereka. Hal ini semata-mata untuk mempertahankan hegemoninya dalam menafsirkan agama (Islam). Sehingga mau tidak mau harus diakui bahwa bukan agama Islam yang menghalangi kemajuan sains namun justru para ulamalah yang melemahkan semangat masyarakat muslim untuk mempelajari sains.

Sebagai reaksi atas tradisionalisme, Islam liberal menawarkan suatu pendekatan yang tidak rigid, skriptural dalam menawarkan ide-ide Islam progresif. Islam liberal disini merujuk pada kaum muslimin yang menghargai pandangan Barat. Mereka mulai mencari jati diri baru yang setidak-tidaknya dalam beberapa hal lebih selaras dengan nilai-nilai Barat.

Kemunculan intelektual muda Muslim di Indonesia akhir-akhir ini , baik dari kalangan NU yang tergabung dalam Jaringan Islam Liberal (JIL) dan kalangan Muhammadiyah dalam Jaringan Intelektual Muda Muhammadiyah (JIMM), menumbuhkan harapan berkembangnya kembali tradisi pemikiran umat Islam yang dibutuhkan untuk menghadapi tantangan zaman. Keberadaan mereka juga dibutuhkan dapat membantu memepercepat perubahan cara berpikir umat Islam yang selama ini sangat lamban. Selama ini umat Islam terlihat mengalami kemandekan karena telah memudarnya rasionalisme dalam pemikiran Islam.

Munculnya tradisionalisme Islam dan liberalisme adalah merupakan hasil interaksi antara pergumulan Islam ke dalam dan kontak dengan dunia luar tidak bisa hanya dijelaskan dari perspekstif kajian modern liberal dan juga tidak bisa dijawab dengan memberikan orientasi pra-modern tradisional.

Sehingga perlu dilakukan sinergi kembali antara tradisi yang kaya dengan nilai-nilai kearifan dengan modernitas sebagai upaya melampaui pemahaman tradisi untuk mendapatkan sebuah pemahaman modern dan pandangan baru tentang tradisi.
Modernitas adalah sebuah keharusan bagi seorang intelektual supaya mampu menjelaskan segenap fenomena kebudayaan serta tempat dimana modernitas muncul, sehingga modernitas yang seperti ini menjadi sebuah pesan dan dorongan perubahan dalam rangka menghidupkan kembali berbagai mentalitas, norma dan pemikiran Islam beserta seluruh apresiasinya. Dengan demikian kajian Islam bisa relevan dengan perkembangan situasi, kondisi dan kenteks era modern-kontemporer.

Categorized in general
Kaitkata: buku, islam, kajian, resensi
Sep
11
the TERRORIST
1 Komentar

memperingati tragedi 911?
coba renungkan barang sejenak
agar tidak keliru berfikir dan bertindak

TERORIS
sejak awal tak pernah jelas
kepada siapa kata ini dilekatkan
apakah kepada para pembela agama yang berjuang demi keadilan
apakah kepada para orang muda yang menuntut persamaan
apakah kepada setiap orang yang kehendaknya tak tersampaikan
ataukah kepada mereka yang tak mendapat tempat sedikitpun di sisi hegemoni
kata ini memiliki unsur magis yang dapat menggiring pendengarnya menjadi
bergidik, ketakutan, gelisah dan putus asa
lebih dari itu, idiom ini diciptakan dan dimunculkan sebagai mesin pencuci otak
agar setiap orang saling curiga dan membenci
karena inalah tujuan utama, karena inilah cita-cita para penguasa untuk mempermudah
rengkuhan kekuasaannya.
jadi, sekali renungkan perlukah memperingati tragedi 911?

Categorized in common news
Kaitkata: teroris
Sep
11
the BRIDGE
Tinggalkan sebuah Komentar

People built a bridge to avoid the flood
People walk onto the bridge for hope
Every pieces of the nails will strong the structure
Connecting people into their future
Bridge will stands among the borders
Crossing the lands, sprays the sands, feel the wind of the land of mother
Bridge was meeting me with my lovely flowers
When the sun kiss the warm of the winter
Every steels have their own characters
Creating shapes, years by years and someday…
the bridge will come to its destiny
But love of the rivers
kiss of the winds
stings of the sun
will lead me back
to the bridge where I belong


(pictures absorbed from www.wallpaperpimper.com)

kiss!

myflag

Categorized in general
Kaitkata: bridge
Sep
10
rainbow
Tinggalkan sebuah Komentar

Sebuah pelangi terbentuk di kaki langit sebelah timur setelah hujan mengguyur. Enam warnanya indah membentuk gugusan selendang panjang tak berujung. Kemanapun kita mencari tak akan pernah bertemu dengan ujungnya.

(foto diambil dari www.arrowphotos.com)

Warna-warna pelangi mengingatkan kita pada warna-warna perahu politik yang pernah ada. Setiap tokoh maupun simpatisan gurem berusaha mengidentifikasikan diri mereka pada warna-warna tertentu yang mereka yakini bisa merubah hidup mereka pada lima tahun mendatang. Setiap orang selalu berusaha mendatangi gegap gempita konvensi warna mereka. Hiruk pikuk yang terkadang tak pernah mereka sadari apa artinya. Sebungkus nasi dan segelas air mineral atau selembar dua puluh ribuan nyatanya mampu menyeret mereka meninggalkan rutinitas mereka. Warna bukan faktor utama ternyata. Karena banyak orang memiliki kaos oblong lebih dari satu warna. Pilihan mereka bukan pada warnanya tapi imbal baliknya.

Pelangi memang indah dilihat dan menarik disaksikan.
Warna-warnanya penuh fatamorgana karena tak nyata. Namun entah mengapa orang masih saja bisa mengagungkan warna-warna. Warna-warna akan semakin cemerlang bila hari menjelang siang saat dimana orang pada posisi puncak kefatamorganaan. Tak bisa memandang jernih, tak dapat merasakan fakta. Mereka hanya menjadi bagian dari sebuah kepalsuan, sebuah persiapan besar penataran manusia-manusia yang penuh tipu muslihat. Lihatlah orang di atas sana! Yang mulutnya lantang menyebut kebenaran atas warna-warna. Ditangannya ada segenggam pasir yang kelak disebarkan kepada kalian agar tetap buta dan meraba-raba. Maka jadilah warna-warna sebagai mesias penuntun dalam kegelapan. Padahal warna-warna sebenarnya tidak mempedulikan kita manusia. Warna hanya peduli pada warna. Ingin menjadikan warna A lebih dominan di antara sekian puluh warna lain. Warna hanya rakus pada kekuasaan dan harta.

Pelangi suatu saat akan pudar.
Warna-warnanya akan pupus, hilang ditelan angin dan pergantian cuaca. Kemana perginya warna-warna itu? Dia ternyata tidak kemana-mana. Menyembunyikan wujudnya karena ingin menikmati kemenangan dan keserakahan. Menyembunyikan dirinya karena berharap bisa mengelak dari jejak-jejak bekas janjinya pada konvensi para warna. Menjauhkan diri agar tidak dimintai pertanggung-jawaban karena segala tetek bengek keriuhan lima tahun lalu adalah sekedar polesan palsu yang kini telah luntur. Warna seakan tenggelam dalam berita-berita palsu pengalih-perhatian. Kalian manusia masih juga tidak menyadari kebusukan ini dan mencari-cari sisa-sisa kejayaan masa lalu. Tidak perlu dicari karena waktu lima tahun hampir usai dan para warna dengan perut gendut yang telah lapar akan kembali keluar sarang. Telah tiba lagi waktu bagi para warna untuk menipu ! Pelangi selalu ingkar janji!

Salam!

0 komentar:

Posting Komentar

perkembangan islam